Di sebuah kampung, hidup seorang Petani tua. Dia memiliki dua orang putra, dan seorang putri. Kedua putranya, meskipun sudah beranjak dewasa, namun mereka jarang membantu pekerjaan Ayahnya, mereka hanya duduk duduk, bermalas-malasan. Jika Petani bertanya, mengapa mereka enggan bekerja di ladang, mereka menjawab tidak mau jadi petani seperti ayahnya, mereka ingin pekerjaan lain yang lebih baik, agar tidak hidup susah seperti keadaan Petani saat ini.
Hingga sampai suatu saat, dimana Petani tua itu jatuh sakit dan tidak mampu lagi bekerja di ladang, maka yang bekerja di ladang sekarang tinggalah anak perempuan Petani. Petani tua itu sesungguhnya tidak tega membiarkan putrinya bekerja keras di ladang, namun apalah daya, tenaga Petani sudah tidak kuat lagi jika bekerja sendiri.
Petani memutuskan untuk membagi ladang sebagai warisan kepada ketiga anaknya
, namun setelah niat itu disampaikan kepada ketiga anaknya, dua putranya mulai meributkan jumlah pembagian, mereka merasa paling berhak atas ladang tersebut, si sulung berkata bahwa dirinyalah yang paling berhak mendapat bagian yang banyak, karena dia putra sulung. Dalam hati si sulung, jika dia mendapat bagian yang banyak, maka ladangnya akan dijual, dan uangnya akan dijadikan modal usaha di kota besar, dan dia akan menjadi pengusaha sukses di kota. Sementara putra kedua, merasa dirinyalah yang paling berhak mendapat bagian lebih banyak, karena dirinya yang paling pintar dan bisa membuat ladangnya jadi hal yang berguna. Berbeda dengan kedua saudaranya, putri Petani tidak meminta apapun, hanya meminta kesembuhan ayahnya.
Petani lalu membuat sebuah perlombaan bagi ketiga anaknya, yaitu barang siapa yang bisa menemukan sebuah barang berharga milik Petani yang disembunyikan di ladangnya, maka dialah yang berhak mendapat bagian paling banyak. Ketiga anaknya bertanya, benda apakah itu? Namun Petani menyuruh ketiga anaknya mencari, dan membawa hasil temuan mereka kepadanya, dan dialah yang memutuskan apakah benda itu berharga atau tidak. Mereka diberikan waktu selama 3 bulan lamanya untuk mencari, dan jika tidak ada yang berhasil medapatkannya, maka mereka harus mau berbagi dengan adil, sesuai daengan keinginan Petani.
Lalu ketiga anak Petani itupun pergi ke ladang milik Petani, yang lumayan luas. Si Sulung memutuskan untuk membagi ladang itu menjadi 3 bagian, seoang anak mendapatkan sebidang lahan untuk digali dan mencari benda berharga tersebut. Lalu dia mengundi, siapa yang dapat kesempatan pertama untuk memilih lahannya. Si Tengah mendapat kesempatan pertama, dan dia memilih lokasi ladang paling jauh dari rumah Petani, karena dia berfikir, jika ayahnya menyembunyikan harta, pasti akan jauh dari rumah, karena takut dicuri. Si sulung memilih lahan yang ada ditengah, dan si bungsu diberikan lahan paling dekat dengan rumahnya, dengan alasan si bungsu bisa dengan cepat mendatangi ayahnya jika ayahnya memerlukan bantuan.
maka dimulailah pencarian benda berharga itu, si sulung dengan cekatan mencangkul, menggali dan mengorek lahannya, mengaduk aduk tanah, hingga lahannya tidak karuan lagi. Sementara si tengah mencari dengan teliti, dia memperhitungkan segalanya, apakah tanah disini pernah digali atau tidak, apakah penggaliannya telah cukup dalam, sambil menerka-nerka benda apa yang disembunyikan di ladang oleh Petani. Si bungsu sungguh berbeda dengan kedua kakaknya, dia tidak mencari benda berharga, melainkan mengerjakan tugasnya seperti biasa, mencangkul ladang, menanaminya dengan jagung, dan mengurus tanamannya dengan seksama.
melihat itu, kedua kakaknya hanya mentertawakan si bungsu, mereka bilang kalau si bungsu membuang kesempatannya.
1 bulan berlalu, kedua putra Petani mulai putus asa, mereka banyak menemukan benda, namun tak satupun yang diterima oleh Petani, mulai dari sepatu bekas, kaleng bekas, botol, tulang hewan, batu berbentuk aneh, dan lain lain. keadaan lahan yang mereka galipun, sudah tidak karu-karuan lagi, lubang besar disana sini, gundukkan tanah yang menggunung dimana mana. tapi kondisi ladang milik si bungsu mulai menampakkan hasil, jagungnya mulai besar, pohonnya tinggi, dan sehat.
2 bulan berlalu, si tengah mulai bosan, ambisinya untuk mendapatkan ladang mulai sirna, lalu memutuskan untuk menyerah dan membuat ladangnya yang sudah penuh lubang besar menjadi sebuah kolam ikan, karena dia malas untuk mengibur dan meratakan kembali tanah yang sudah berantakan. Dia berfikir, jika dia punya kolam ikan sendiri, dia bisa memancing ikan sesuka hatinya, dan sudah tentu bisa makan ikan setiap hari.
Sementara si sulung pun sudah tak kalah putus asanya, dia menyesal telah memberikan lahan dekat rumah kepada adik bungsunya, karena difikirannya, jika dia dan si tengah tidak menemukannya, sudah pasti barang berharga itu ada di lahan milik adiknya. Semakin hari, semakin yakin jika benda berharga itu terkubur di lahan milik si bungsu.
menjelang akhir waktu yang ditentukan, ladang jagung milik si bungsu sudah siap panen, jagungnya besar besar, dan sehat. Melihat hal itu, si sulung mendekati dan bertanya, kapan jagung si bungsu mau dipanen, dan si bungsu menjawab, panen akan dimulai besok hari. Si Sulung gembira sekali, karena dengan dipanennya jagung itu, maka dia bisa mencari benda berharga di lahan milik si bungsu, yang sudah tidak peduli dengan perlombaan tersebut.
keesokan harinya, ketika ayampun masih tertidur, si sulung sudah mendahului pergi ke ladang, dan memanen seluruh jagung, dan menyimpannya di gudang, hingga saat si bungsu hendak memanen, lahannya sudah hancur berantakan oleh ulah si sulung yang begitu ingin mendapatkan benda berharga tersebut. Si Bungsu segera ke gudang dan mengikat semua jagung-jagung hasil panennya, lalu membawa ke pasar, dan menjualnya, uang hasil penjualannya lalu dia belikan beras, dan obat untuk diberikan kepada ayahnya.
Setiba si bungsu di rumah, si sulung dan si tengah sudah ada di kamar ayahnya, mereka sedang menanyakan tentang keberadaan benda tersebut, karena sudah semua ladang mereka gali, namun benda yang dimaksud tidak berhasil ditemukan. Ketika melihat putrinya datang dengan membawa beras dan obat, maka Petani bangkit dari tempat tidurnya, dan mulai berbicara kepada ketiga anaknya.
Petani menjelaskan, bahwa benda berharga yang dimaksud oleh petani adalah 'Kerja keras', untuk mencapai sebuah tujuan, apapun itu. Si bungsu ditunjuk oleh Petani untuk mendapatkan lahan ladang yang digarapnya, ditambah dengan setengah bagian dari si sulung, karena si bungsu sudah membuktikan jika dirinya sudah bekerja keras, mengurus ladang dan keluarganya. Semetara si tengah, tetap mendapatkan ladang bagiannya, yang telah berubah menjadi sebuah kolam ikan, karena menurut Petani, si tengah berhasil membuat lahannya berguna, meskipun terlambat. Sementara si sulung hanya mendapat setengah dari bagiannya, karena dia tidak bisa memanfaatkan lahannya dengan baik, malah menghancurkannya.
Meskipun si sulung merasa kecewa dengan keputusan ayahnya, namun dirinya menerima dengan baik, dan menyadari kesalahannya, betapa dirinya dibutakan oleh mimpi, hingga tidak bisa berfikir jernih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda